Suatu
masa lagi duduk-duduk santai depan TV sambil liatin anak-anakku main, tiba-tiba
teringat beberapa bait dari puisi Kahlil Gibran tentang anak (Anakmu bukan
milikmu). Ingat dulu suatu waktu di masa lampau sepertinya saya pernah
membacakan puisi ini di depan publik tapi sayangnya saya lupa acaranya apa
(sepertinya kegiatan akhir matrikulasi waktu masuk UI dulu). Ketika mendapatkan
puisi ini waktu SMA dulu, I really like it karena menurutku saat itu, puisi itu
sangat harus dibaca dan dipahami oleh orang tua (khususnya orang tuaku waktu
itu) karena saat SMA terasa terkekang banget dan pernah berjanji..seandainya
saya nanti punya anak, saya akan mengasuh anak-anakku seperti puisi Kahlil
Gibran ini.
Ternyata
oh ternyata, setelah punya anak....memang mengaplikasikan teori tidak segampang
yang dipikirkan. Saya masih sangat takut anak-anak ku akan tumbuh menjadi anak
yang kurang didikan orang tua, mis. jadi tidak sopan ataupun terlalu banyak
menerapkan larangan terhadap mereka, seolah-olah apa yang mereka lakukan
semuanya masih kurang dan perlu perbaikan, perlu bimbingan dan terkadang saya
merasa, saya tidak memberikan keleluasaan kepada mereka untuk berkreasi dan
berinovasi sesuai dengan kehendak mereka. Selalu saja ada kalimat-kalimat
negatif, mis. jangan lari-lari nak, jangan ribut, jangan ini...jangan
itu...padahal saya sudah membaca buku-buku dan artikel tentang cara mendidik
anak yang lebih positif. Again...in practice..I kind of difficult not to say
negative words.
Salah
satu bait dari puisi itu adalah:
Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan pikiranmu
Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri
Puisi
ini mengajak kita untuk tidak terlalu merecoki anak dengan pikiran-pikiran kita
yang kita rasa terbaik buat mereka...tapi pada kenyataannya, selalu saja ada
kekhawatiran kalau saya tidak mengajarkan (yang sepertinya memberikan pikiran
kita) kepada mereka yang baik menurut kita, anak-anak kita akan tumbuh liar dan
tidak tahu aturan...
Tapi
benarkah? Benarkah anak-anak yang dibiarkan saja tanpa ada aturan dari orang
tua akan berkembang lebih baik dari pada yang selalu diberi tahu dan diarahkan?
Well...saya
pribadi setelah menjadi orang tua merasa bahwa anak-anak saya tetap harus
mendapatkan arahan...kalaupun cara saya mengarahkan terlalu berlebihan..itu
mungkin kelemahan saya. Tapi saya tidak akan membiarkan anak saya untuk
berjalan dengan pikiran mereka sendiri selama saya merasa bahwa mereka masih
butuh arahan..
Puisi
ini merupakan salah satu puisi favorit saya dari dulu sampai sekarang, tapi
mungkin sekarang saya melihatnya dari sudut pandang seorang ibu/orang tua yang
takut anak-anaknya akan kurang didikan, sehingga walaupun di relung hati saya
sangat setuju dengan isi puisi ini, tapi pada kenyataannya saya belum sanggup
melaksanakannya.
Anyway...sayangnya
saya tidak bisa mendapat versi asli dari puisi ini..dulu perasaan saya sampai
beli buku kumpulan puisi Kahlil Gibran ini. Karena setelah saya searching,
ternyata banyak versi dan kata-katanya ada yang berbeda, mungkin tergantung
yang menerjemahkan. Tapi saya akan tetap tampilkan di sini, walaupun saya tidak
yakin ini versi yang benar atau tidak..tapi at least intinya tetap sama.
Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka dilahirkan melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu
Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan fikiranmu
Kerana mereka memiliki fikiran mereka sendiri
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka, tapi bukan jiwa mereka
Kerana jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat
engkau kunjungi meskipun dalam mimpi
Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan cuba menjadikan mereka sepertimu,
Kerana hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa
lalu, Engkau adalah busur-busur tempat anakmumenjadi anak-anak panah yang
hidup diluncurkan, Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia
merenggangkanmu dengan kekuatannya, sehingga anak - anak panah itu dapat
meluncur dengan cepat dan jauh.
Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan
Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia juga
mencintai busur teguh yang telah meluncurkannya dengan sepenuh kekuatan.
(Dari Cinta, Keindahan, Kesunyian)
Ini
versi yang lain, and I prefer this one as I think this one that I had read in
the past.
Anakmu bukanlah milikmu,
mereka adalah putra putri sang Hidup,
yang rindu akan dirinya sendiri.
Mereka lahir lewat engkau,
tetapi bukan dari engkau,
mereka ada padamu, tetapi bukanlah
milikmu.
Berikanlah mereka kasih sayangmu,
namun jangan sodorkan pemikiranmu,
sebab pada mereka ada alam pikiran
tersendiri.
Patut kau berikan rumah bagi raganya,
namun tidak bagi jiwanya,
sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah
masa depan,
yang tiada dapat kau kunjungi,
sekalipun dalam mimpimu.
Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,
namun jangan membuat mereka menyerupaimu,
sebab kehidupan tidak pernah berjalan
mundur,
ataupun tenggelam ke masa lampau.
Engkaulah busur asal anakmu,
anak panah hidup, melesat pergi.
Sang Pemanah membidik sasaran keabadian,
Dia merentangkanmu dengan kuasaNya,
hingga anak panah itu melesat jauh dan
cepat.
Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang
Pemanah,
sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang
melesat laksana kilat,
sebagaimana dikasihiNya pula busur yang
mantap.
Semoga
saya selalu diberikan kemudahan dalam mengasuh anak-anak saya, dan tentunya
yang di ridhoi oleh Allah SWT..aamiin...
Bukit
Baruga, Kapuas Utara
Monday, 12 January 2015